Jumat, 03 Oktober 2008

Taubat Calon 'Syuhada'


Sulit bagi Syifa al-Qudsi melupakan kenangan enam tahun yang lalu itu. Ia hampir menjemput maut sebagai calon pengebom bunuh diri.

Ketika itu, di sebuah bangunan rahasia di Kota Tulkarim, Tepi Barat. Syifa berdiri di pojok sebuah ruangan yang tidak terjangkau cahaya matahari. Seorang pemuda dari Brigade Al-Aqsa, sa yap militer kelompok Fatah, memeriksa bom yang melingkari tubuhnya untuk memastikan semuanya berfungsi.

“Yang harus Anda lakukan menekan tombolnya,” kata sang pemuda. Itu adalah persiapan terakhir sebelum Syifa menyampaikan pesan terakhir bagi putri tunggalnya dan orang tuanya ten tang aksi bom bunuh diri yang bakal ia lakukan. Pesan itu direkam dengan kamera video.

Perempuan berusia 24 tahun yang bekerja sebagai juru rias itu ditugaskan meledakkan diri di sebuah supermarket di Nataniyah, sekitar enam kilometer dari Ibu Kota Tel Aviv, Israel. Ia sangat yakin tindakannya itu dibenarkan oleh ajaran Islam untuk membalas kekejaman mesin perang Israel. “Itu saat yang paling sulit dan brutal dalam hidup saya,” ujar Syifa.

Sejak pecah intifadah kedua pada September 2000, banyak aksi bom bunuh diri yang dilakukan warga Palestina. Pelaku meyakini mereka mati syahid. Para ulama berbeda pendapat, ada yang menghalalkan dan mengharamkan tindakan itu.

Bom bunuh diri halal lantaran tidak berimbangnya kekuatan antara rakyat Palestina dan penjajah Israel. Seperti kata pendiri Hamas, Syekh Ahmad Yassin: “Jika kami sudah memiliki pesawat tempur dan rudal, baru kami mengubah cara pertahanan diri yang diakui.” Yang mengharamkan beralasan pelaku membunuh diri sendiri dulu untuk membunuh musuh mereka. Syekh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz menegaskan, bom bunuh diri tidak benar dengan landasan Al-quran surat An-Nisa ayat 29: “Dan janganlah kalian membunuh diri kalian.” Nabi Muhammad pun bersabda: “Siapa membunuh dirinya dengan sesuatu, maka ia akan diazab dengan itu pada hari kiamat.” Ibnu Taimiyah pun berpendapat haram terhadap bom bunuh diri dan sang pelaku bakal kekal di neraka jahanam.

Tidak mengherankan jika Syifa berambisi membalas dendam. Ia telah menjadi korban penjajahan Israel. Dua sepupunya berumur 14 dan 17 tahun tewas oleh serdadu Israel saat berunjuk rasa. Adiknya, Mahmud, 16 tahun, dihukum 18 tahun penjara karena ketahuan merencanakan serangan bunuh diri.

Ia sangat marah dengan operasi militer Israel yang telah membunuh, menyiksa, dan mengusir warga Palestina dari rumah-rumah mereka.

“Saya bukan orang yang haus darah, saya bahkan tidak tega membunuh ayam. Tapi rakyat Palestina dan saya amat marah,” katanya dengan geram.

Tentu saja ia tidak mudah melaksanakan bom bunuh diri itu. Ia harus mampu meyakinkan putrinya agar merelakan kepergiannya. “Saya katakan, saya melakukan ini untuk dia dan anak-anak Palestina,” katanya.

Namun, anak perempuan berusia 6 tahun itu tidak dapat menerima alasan ibunya. Ia terus menangis meminta ibunya membatalkan rencana itu. “Jangan lakukan ini, tetaplah bersama saya. Tidak ada yang merawat saya jika ummi meninggal,” ujarnya.

Rupanya Allah berencana lain. Syifa gagal melaksanakan niatnya. Tentara Israel keburu menangkap Syifa lewat serangan fajar ke rumahnya pada April 2002. Ia yakin dijebak oleh seorang pejabat Palestina yang menjadi informan bagi negara Zionis itu. Sepekan kemudian, giliran calon syuhada yang akan beraksi bersama Syifa ditembak mati dan tiga lainnya ditahan.

Ia divonis enam tahun dan mendekam di penjara Hadarim, Nataniyah. Selama itu pula ia hanya tiga kali berjumpa dengan putrinya. Di sana pula pemimpin intifadah, Marwan Barghuti, menjalani hukuman 255 tahun sejak 2002.

Selain perlakuan sipir yang kasar, kondisi sel isolasi yang ia huni juga sangat buruk. “Ada kecoa dan serangga lain,” katanya. Ia bahkan harus mogok makan untuk mendapatkan kondisi yang lebih baik.

Penjara telah mengubah Syifa dari pemuja kekerasan menjadi pencinta damai. Selepas dari Hadarim, ia bergabung dengan Combatants for Peace, organisasi nonpemerintah yang mengupayakan perdamaian antara Israel dan Palestina. Berdiri secara rahasia pada 2005 dan setahun kemudian diumumkan ke masyarakat, kini anggotanya lebih dari 150 orang dari kedua bangsa.

Meski begitu, Syifa masih ragu apakah perjuangan antikekerasan seperti yang dilakukan Mahatma Gandhi dari India itu bisa berhasil mewujudkan negara Palestina merdeka. “Israel selalu menggunakan kekerasan dan tidak berubah. Tapi saya sadar sekarang hanya Tuhan yang berhak mencabut nyawa manusia,” ujarnya.

Yang pasti, Syifa tetap bisa berjuang di jalan Allah dengan membesarkan putrinya dan berkampanye damai. Sang janda yang kini berusia 30 tahun itu pun kembali menjadi penata rias sambil menyelesaikan pendidikan SMA-nya. Ia juga mulai belajar bahasa Inggris dan Ibrani.

Bom bunuh diri pernah begitu populer di Palestina sejak pecah intifadah kedua pada September 2000. Puncaknya pada 2002, tercatat 44 kali serangan bunuh diri.

Hingga kini sudah 120 kali bom bunuh diri dilakoni warga Palestina. Hasilnya, sekitar 652 orang tewas dan 2.267 lainnya luka-luka. Angka ini belum termasuk pelaku yang tewas.

Dari jumlah itu, 10 pelaku di antaranya adalah perempuan, termasuk Wafa Idris, 28 tahun, janda yang berprofesi sebagai paramedis. Ia perempuan pertama yang menjadi pelaku bom bu nuh diri. Ada pula Fatimah Umar Mahmud Najar, janda berusia 64 tahun sekaligus nenek 70 cucu.

Ia merupakan wanita tertua yang melakukan bom bunuh diri.

Militer Israel mencatat 29 pengebom bunuh diri Palestina berusia di bawah 18 tahun. Bahkan tentara Zionis pernah menemukan gambar seorang bayi dengan bom di pinggang saat menggerebek sebuah rumah di Hebron, Tepi Barat, Juni 2002.

Para pelaku meyakini mereka mati syahid dan surga menjadi balasannya. Namun, ulama berbeda pendapat: ada yang menghalalkan dan mengharamkan tin dakan tersebut.

Bom bunuh diri halal lantaran tidak berimbangnya kekuatan antara rakyat Palestina dan penjajah Israel. Seperti kata pendiri Hamas, Syekh Ahmad Yassin: “Jika kami sudah memiliki pesawat tempur dan rudal, baru kami mengubah cara pertahanan diri yang diakui.” Yang mengharamkan beralasan pelaku membunuh diri sendiri dulu untuk membunuh musuh mereka. Syekh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz menegaskan, bom bunuh diri tidak benar dengan landasan Alquran surat AnNisa ayat 29: “Dan janganlah kalian membunuh diri kalian.” Nabi Muhammad pun bersabda: “Siapa membunuh dirinya dengan sesuatu, maka ia akan diazab dengan itu pada hari kiamat.” Ibnu Taimiyah pun berpendapat haram terhadap bom bunuh diri dan sang pelaku bakal kekal di neraka jahanam.

Kenyataannya, 22 kali bom bunuh diri bersifat konyol. Tidak ada warga apalagi tentara Israel yang tewas kecuali sang pelaku.

Yang pasti, pengebom bunuh diri telah membuat istri mereka menjadi janda serta anak mereka menjadi yatim, piatu, atau suami menduda.

Tempat : restoran di Yerusa lem Waktu : 27 Januari 2002 Pelaku : Wafa Idris, 28 tahun, janda berprofesi pa ramedis (perempuan pertama yang menja di pengebom bunuh diri) Korban : dua tewas dan lebih dari 40 cedera Tempat : pos pemeriksaan di Tepi Barat Waktu : 27 Februari 2002 Pelaku : Darin Abu Aisyah, 21 tahun, mahasiswi Universitas Nablus, Tepi Barat Korban : 5 cedera, termasuk dua warga Palestina Tempat : pusat belanja di Ye rusalem Waktu : 29 Maret 2002 Pelaku : Ayat Akhras, perem puan 18 tahun Korban : 3 tewas dan 20 luka Tempat : halte bus di Yerusa lem Waktu : 12 April 2002 Pelaku : Andalib Takafka, pe rempuan 20 tahun Korban : sedikitnya 6 tewas dan 80 cedera Tempat : pusat belanja di Afu la Waktu : 19 Mei 2003 Pelaku : Hiba Daraghmih, 19 tahun, mahasiswi Universitas Al-Quds Korban : 3 tewas dan 93 ce dera Tempat : restoran di Haifa Waktu : 4 Oktober 2003 Pelaku : Hamadi Taysir Jara dat, pengacara pe rempuan berusia 28 tahun Korban : 21 tewas dan 51 luka Tempat : kompleks industri gabungan Israel-Palestina di Jalur Gaza Waktu : 14 Januari 2004 Pelaku : Reem Salih Raisyi, 22 tahun, ibu dua anak Korban : 4 tewas Tempat : Yerusalem Waktu : 22 September 2004 Pelaku : Zainab Abu Salim, perempuan 18 tahun Korban : 2 tewas dan 17 luka Tempat : Bait Hanun, Jalur Gaza Waktu : 6 November 2006 Pelaku : Mirvat Massud, 18 tahun, mahasiswi Universitas Islam Ga za Korban : 2 tewas dan 1 ser dadu Israel luka Tempat : Kamp Jabaliyah, Ja lur Gaza Waktu : 23 November 2006 Pelaku : Fatimah Umar Mah mud Najar, janda 64 tahun sekaligus ne nek 41 cucu Korban : 3 serdadu Israel luka ? BBC/DAILY MAIL/FAISAL ASSEGAF




Tidak ada komentar: